ML Di Depan Cermin Bersama Sepupuku Yang Tomboy - SUKA MENDESAH

Breaking

Minggu, 08 Oktober 2017

ML Di Depan Cermin Bersama Sepupuku Yang Tomboy


ML Di Depan Cermin Bersama Sepupuku Yang Tomboy Kedua barbel kecil masing-masing seberat 7 kilogram terasa telah kian berat saja kuayun-ayunkan bergantian. Keringatku telah sejak tadi berseleweran membasahi seluruh tubuhku yang kuperhatikan lewat cermin sebesar pintu di depanku itu telah tambah mekar dan kekar. Kalau dibandingkan dengan atlet binaraga, aku tak kalah indahnya.

Aku hanya tersenyum sambil kemudian menaruh kedua barbelku dan menyeka keringat di dahi. Kuperhatikan jam telah menunjukan pukul 23:00 tepat. Ya, memang pada jam-jam seperti ini aku biasa olahraga berat untuk membentuk otot-otot di tubuhku. Suasana sepi dan udara sejuk sangat aku sukai. Kamar kost-ku di pinggir utara kota Bogor memang menawarkan hawa dinginnya. Itulah sebabnya aku sangat betah kost di sini sejak resmi jadi mahasiswa hingga hampir ujian akhirku yang memasuki semester delapan ini.

Sudah jadi kebiasaanku, aku selalu berolahraga dengan telanjang bulat, sehingga dapat kuperhatikan tubuhku sendiri lewat cermin itu yang kian hari kian tumbuh kekar dan indah. berkulit sawo matang gelap. Rambut kasar memenuhi hampir di seluruh kedua lengan tangan dan kaki serta dadaku yang membidang ke bawah, lebih-lebih pada daerah kemaluanku. Rambutnya tumbuh subur dengan batang zakarnya yang selalu terhangati olehnya. Cerita Dewasa

Kuraba-raba batang kemaluanku yang mulai beranjak tegang ereksi ini. Hmm, ouh, mengasyikan sekali. Air keringatku turut membasahi batang zakar dan buah pelirku. Dengan sambil duduk di kursi plastik aku berfantasi seandainya ini dilakukan oleh seorang wanita. Mengelus-elus zakarku yang pernah kuukur memiliki panjang 22 centimeter dengan garis lingkar yang 19 centimeter! Mataku hanya merem melek saja menikmati sensasi yang indah ini.

ML Di Depan Cermin Bersama Sepupuku Yang Tomboy - Perlahan-lahan aku mulai melumuri batang zakarku dengan air liurku sendiri. Kini sambil menggenggam batang zakar, aku terus menerus melakukan mengocok-ngocok secara lembut yang berangsur-angsur ke tempo cepat. Aku tengah menikmati itu semua dengan sensasiku yang luar biasa ketika tiba-tiba pintu kamar kost-ku diketok pelan-pelan. Sial, aku sejenak terperangah, lebih-lebih saat kudengar suara cewek yang cukup lama sekali tak pernah kudengar.

“Mas, Mas Win? Ini aku, Indah!”
Indah? Adik sepupuku dari Pekalongan? Ngapain malam-malam begini ini datang ke Bogor? Gila! Buru-buru aku melilitkan kain handuk kecilku sambil memburu ke arah pintu untuk membukakannya. “Indah?” ucapku sambil menggeser posisiku berdiri untuk memberi jalan masuk buat adik sepupuku yang terkenal tomboy ini. Indah terus saja masuk ke dalam sambil melempar tas ranselnya dan lari ke kamar mandi yang memang tersedia di setiap kamar kost ini. Sejenak aku melongok keluar, sepi, hanya gelap di halaman samping yang menawarkan kesunyian. Pintu kembali kututup dan kukunci. Aku hanya menghela nafasku dalam-dalam sambil memperhatikan tas ransel Indah.

Tak berapa lama Indah keluar dengan wajah basah dan kusut. Rambutnya yang lebat sebahu acak-acakan. Aku agak terkejut saat menyadari bahwa kini Indah hanya memakai kaos oblong khas Bogor. Rupanya ia telah melepas celana jeans biru ketatnya di kamar mandi. Kulit pahanya yang kuning langsat dan ketat itu terlihat jelas. “Ada masalah apa lagi, hmm? Dapat nilai jelek lagi di sekolahan lalu dimarahi Bapak Ibumu?” tanyaku sambil mendekat dan mengelus rambutnya, Indah hanya terdiam saja. Anak SMU kelas tiga ini memang bandel. Mungkin sifat tomboynya yang membuat dirinya begitu. Tak mudah diatur dan maunya sendiri saja. Jadinya, aku ini yang sering kewalahan jika ia datang mendadak minta perlindunganku. Aku memang punya pengaruh di lingkungan keluarganya.

Indah hanya berdiri termangu di depan cermin olah ragaku. Walau wajahnya merunduk, aku dapat melihat bahwa dia sedang memandangi tubuhku yang setengah telanjang ini.
“Lama ya Mas, Indah nggak ke sini.”
“Hampir empat tahun,” jawabku lebih mendekat lagi lalu kusadari bahwa lengan dan tangannya luka lecet kecil.
“Berantem lagi, ya? Gila!” seruku kaget menyadari memar-memar di leher, wajah, kaki, dan entah dimana lagi.
“Indah kalah, Mas. Dikeroyok sepuluh cowok jalanan. Sakit semua, ouih. Mas, jangan bilang sama Bapak Ibu ya, kalau Indah kesini. Aduh..!” teriak tertahan Indah mengaduh pada dadanya.
“Apa yang kamu rasakan Indah? Dimana sakitnya, dimana?” tanyaku menahan tubuhnya yang mau roboh.
Tapi dengan kuat Indah dapat berdiri kembali secara gontai sambil memegangi lenganku.
“Seluruh tubuhku rasanya sakit dan pegal semua, Mas, ouh!”
“Biar Mas lihat, ya? Nggak apa-apa kan? Nggak malu, to?” desakku yang terus terang aku sudah mulai tergoda dengan postur tubuh Indah yang bongsor ketat. Indah hanya mengangguk kalem.
“Ah, Mas Win. Indah malah pengin seperti dulu lagi, kita mandi bareng.. Indah kangen sama pijitan Mas Win!” ujar Indah tersenyum malu.

Edan! Aku kian merasakan batang kemaluanku mengeras ketat. Dan itu jelas sekali terlihat pada bentuk handuk kecil yang menutupinya, ada semacam benda keras yang hendak menyodok keluar. Dan Indah dapat pula melihatnya! Perlahan kulepas kaos oblong Indah. Sebentar dirinya seperti malu-malu, tapi kemudian membiarkan tanganku kemudian melepas BH ukuran 36B serta CD krem berenda ketatnya. Aku terkejut dan sekaligus terangsang hebat. Di tubuh mulusnya yang indah itu, banyak memar menghiasinya. Aku berjalan memutari tubuh telanjangnya. QQ Online

Dengan gemetaran, jemariku menggerayangi wajahnya, bibirnya, lalu leher dan terus ke bawahnya. Cukup lama aku meraba-raba dan mengelus serta meremas lembut buah dadanya yang ranum ini. “Mas Win.. enak sekali Mas, teruskan yaa.. ouh, ouh..!” pinta mulut Indah sambil merem-melek. Mulutku kini maju ke dada Indah. Perlahan kuhisap dan kukulum nikmat puting susunya yang coklat kehitaman itu secara bergantian kiri dan kanannya. Sementara kedua jemari tanganku tetap meremas-remas kalem dan meningkat keras. Mulut Indah makin merintih-rintih memintaku untuk berbuat lebih nekat dan berani. Indah menantangku, sedotan pada puting susunya makin kukeraskan sambil kuselingi dengan memilin-milin puting-puting susu tersebut secara gemas.

“Auuh, aduh Mas Win, lebih keras.. lebih kencang, ouh!” menggelinjang tubuh Indah sambil berpegangan pada kedua pundakku. Puting Inda memang kenyal dan mengasyikan. Kurasakan bahwa kedua puting susu Indah telah mengeras total. Aku merendahkan tubuhku ke bawah, mulutku menyusuri kulit tubuh bugil Indah, menyapu perutnya dan terus ke bawah lagi. Rambut kemaluan Indah rupanya dicukur habis, sehingga yang tampak kini adalah gundukan daging lembut yang terbelah celah sempitnya yang rapat.

Karuan lagi saja, mulutku langsung menerkam bibir kemaluan Indah dengan penuh nafsu. Aku terus mendesakkan mulutku ke dalam liang kemaluannya yang sempit sambil menjulurkan lidahku untuk menjilati klitorisnya di dalam sana. Indah benar-benar sangat menggairahkan. Dalam masalah seks, aku memang memliki jadwal rutin dengan pacarku yang dokter gigi itu. Dan kalau dibandingkan, Indah lebih unggul dari Sindi, pacarku. Mulutku tidak hanya melumat-lumat bibir kemaluan Indah, tapi juga menyedot-nyedotnya dengan ganas, menggigit kecil serta menjilat-jilat.

ML Di Depan Cermin Bersama Sepupuku Yang Tomboy - Tanpa kusadari kain handukku terlepas sendiri. Aku sudah merasakan batang kemaluanku yang minta untuk menerjang liang kemaluan lawan. Karuan lagi, aku cepat berdiri dan meminta Indah untuk jongkok di depanku. Gadis itu menurut saja. “Buka mulutmu, Dik. Buka!” pintaku sambil membimbing batang kemaluanku ke dalam mulut Indah. Gadis itu semula menolak keras, tapi aku terus memaksanya bahwa ini tidak berbahaya. Akhirnya Indah menurut saja. Indah mulai menyedot-nyedot keras batang kemaluanku sembari meremas-remas buah zakarku. Ah, sungguh indah dan menggairahkan. Perbuatan Indah ini rupanya lebih binal dari Sindi. Jemari Indah kadangkala menyelingi dengan mengocok-ngocok batang kemaluanku, lalu menelannya dan melumat-lumat dengan girang.

“Teruskan Dik, teruskan, yeeahh, ouh.. ouh.. auh!” teriakku kegelian. Keringat kembali berceceran deras. Aku turut serta menusuk-nusukan batang kemaluanku ke dalam mulut Indah, sehingga gadis cantik ini jadi tersendak-sendak. Tapi justru aku kian senang. Kini aku tak dapat menahan desakan titik puncak orgasmeku. Dengan cepat aku muntahkan spermaku di dalam mulut Indah yang masih mengulum ujung batang kemlauanku.
“Croot.. creet.. crret..!”
“Ditelan Dik, ayo ditelan habis, dan bersihkan lepotannya!” pintaku yang dituruti saja oleh Indah yang semula hendak memuntahkannya. Aku sedikit dapat bernafas lega. Indah telah menjilati dan membersihkan lepotan air maniku di sekujur ujung zakar.

“Maass, ouh, rasanya aneh..!” ujar Indah sambil kuminta berdiri. Sesaat lamanya kami saling pandang. Kami kemudian hanya saling berpelukan dengan hangat dan mesra. Kurasakan desakan buah dadanya yang kencang itu menggelitik birahiku kembali.
“Ayo Dik, menungging di depan cermin itu!” pintaku sambil mengarahkan tubuh Indah untuk menungging. Indah manut. Dengan cepat aku terus membenamkan batang kemaluanku ke liang kemaluan Indah lewat belakang dan melakukan gerakan maju mundur dengan kencang sekali. “Aduuh, auuh.. ouh.. ouh.. aah.. ouh, sakit, sakit Mas!” teriak-teriak mulut Indah merem-melek. Tapi aku tak peduli, adik sepupuku itu terus saja kuperkosa dengan hebat. Sambil berpegangan pada kedua pinggulnya, aku menari-narikan batang kemaluanku pada liang kemaluan Indah.
“Sakiit.. ouhh..!”
“Blesep.. slep.. sleep..” suara tusukan persetubuhan itu begitu indah.
Indah terus saja menggelinjang hebat.

Aku segera mencabut batang kemaluanku, membalikkan posisi tubuh Indah yang kini telentang dengan kedua kakinya kuminta untuk melipat sejajar badannya. sementara kedua tangannya memegangi lipatan kedua kakinya. Kini aku bekerja lagi untuk menyetubuhi Indah.
“Ouuh.. aahhk.. ouh.. ouh..!”
Dengan menopang tubuhku berpegangan pada buah dadanya, aku terus kian ganas tanpa ampun lagi menikam-nikam kemaluan Indah dengan batang kemaluanku.
“Crroot.. cret.. creet..!”
Menyemprot air mani zakarku di dalam liang kemaluan Indah. “Maas.. ouuh.. aduh.. aahk!” teriak Indah yang langsung agak lunglai lemas, sementara aku berbaring menindih tubuh bugilnya dengan batang kemaluanku yang masih tetap menancap di dalam kemaluanya.

“Dik Indah, bagaimana kalau adik pindah sekolah di Bogor saja. Kita kontrak satu rumah.. hmm?” tanyaku sambil menciumi mulut tebal sensual Indah yang juga membalasku. “Indah sudi-sudi saja, Mas. Ouh..” Entah, karena kelelehan kami, akhirnya tidur adalah pilihannya. Aku benar-benar terlelap.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad